Menghitung Umur Dewa Brahma dan Alam Semesta
Selamat datang tahun 2013. Dan selamat berlalu tahun 2012. Sebagaimana tahun-tahun yang lewat, tahun 2013 ini juga penuh dengan tantangan. Krisis ekonomi masih terjadi di berbagai belahan dunia. Pemilukada juga berpotensi menimbulkan konflik jika tidak dikelola baik. Namun di balik tantangan-tantangan itu, juga terselip sejumlah asa. Maka dari itu, janganlah terlalu pesimis. Apalagi meyakini bahwa tahun 2013 terjadi kiamat. Percayalah, alam semesta masih akan berumur sangat panjang.
Setahun, bahkan dua tahun lalu, banyak orang resah menyambut datangnya 2013. Mereka mengalami keresahan karena tahun ini diyakini sebagai tahun kiamat. Artinya, Bumi beserta isinya dikatakan akan sirna. Lenyap entah kemana?
Sebagai seorang penganut Hindu, kita seharusnya tidak ikut-ikutan khawatir sebagaimana mereka. Mengapa? Sebab dalam kosmologi Hindu, alam semesta masih akan berusia sekitar 155 triliun tahun lagi. Masih banyak hal yang dapat diperbuat dalam rentang waktu sebanyak itu? Dari manakah perhitungan itu didapat?
Berdasarkan uraian sejumlah Upanisad dan Purana, awalnya Tuhan bertapa untuk menciptakan alam semesta. Mula-mula tercipta Brahmanda (telur Brahman). Brahmanda adalah benih alam semesta dan benih kehidupan itu sendiri. Tuhan itu Mahakuasa, sehingga alam semesta yang diciptakan sangat luas. Tak terhitung banyaknya, dan tak terukur luasnya. Sebagai contoh, Bumi yang kita huni ini adalah bagian dari Sistem Tata Surya. Pusat edar sistem Tata Surya adalah Matahari. Jumlah matahari tidak satu, tetapi milyaran atau triliunan. Gugusan matahari yang sedemikian banyak membentuk galaksi-galaksi.
Tata Surya kita berada dalam satu gugus yang dinamakan Galaksi Bima Sakti (Milky Way Galaxy). Sesungguhnya bintang-bintang yang oleh mata nampak teramat kecil itu adalah bola padat berukuran raksasa yang memencarkan energi sangat tinggi seukuran Matahari atau lebih besar. Jadi, bintang-bintang itu adalah matahari yang letaknya amat jauh dari Bumi. Setiap matahari (bintang) di Galaksi Bima Sakti, menjadi titik pusat edar beberapa planet, seperti yang terjadi di sistem Tata Surya kita. Jika satu galaksi memiliki banyak sistem tata surya, lalu berapakah luas alam semesta itu kalau jumlah galaksi mencapai milyaran buah? Dapatkah kita menghitungnya? Pertanyaan-pertanyaan itu tak dapat kita jawab secara meyakinkan. Sekadar menebak pun kita tak mampu.
Menurut kosmologi Hindu, Tuhan tidak langsung menciptakan alam semesta ini. Melainkan Tuhan lebih dulu menciptakan makhluk-mahkluk hebat untuk diberi kuasa “mengurus” sebagian ciptaan-Nya. Makhluk-makhluk hebat itu tiada lain adalah dewa. Untuk Galaksi Bima Sakti, proses penciptaannya diserahkan kepada Dewa Brahma (jangan dikelirukan dengan Brahman. Dewa Brahma dan Brahman memiliki pengertian yang jauh berbeda). Jadi Dewa Brahma itu banyak adanya. Setiap galaksi memili Dewa Brahma masing-masing. Misalnya Dewa Brahma di Galaksi Andromeda berbeda dengan Dewa Brahma junjungan kita. Prinsipnya, masing-masing galaksi memiliki Dewa Brahma berbeda.
Para dewa adalah makhluk-makhluk yang hebat. Salah satu kehebatannya adalah berusia panjang. Dewa Brahma yang menciptakan galaksi kita (Bima Sakti) berusia 311,4 triliun tahun. Bayangkan, satu siang Dewa Brahma saja sepanjang 4,32 milyar tahun. Malam hari beliau juga sebanyak itu. Satu tahun dewa adalah 360 hari dewa. Berarti satu tahun dewa sama dengan 360 x 4.320.000.000 x 2 = 3.110.400.000.000. Sedangkan usia Brahma 100 tahun ukuran dewa. Jadi angka perkalian di atas tinggal dikalikan lagi 100, maka hasilnya adalah 311 triliun dan 40 milyar tahun menurut standar atau perhitungan waktu kita di Bumi. Mencengangkan bukan? Tak perlu heranlah. Sama seperti bakteri diperbandingkan dengan kehidupan manusia. Andai kita bisa berkomunikasi dengan bakteri, lantas kita sampaikan kalau umur manusia bisa mencapai 70 tahun bahkan lebih, sedangkan dirinya hanya dapat hidup selama 30 menit, betapa berkenyit dahi mereka mengetahui usia manusia sepanjang itu. Berapa generasi bakteri harus dilahirkan sampai mencapai sepadan dengan usia manusia?
Jadi, saat Dewa Brahma tutup usia seluruh alam di Galaksi Bima Sakti ini pralaya atau mengalami kelenyapan tersedot kembali ke Brahman. Itulah yang disebut peleburan universal (wikalpa pralaya). Tegasnya, peleburan universal akan berulang setiap 311 triliun dan 40 milyar tahun. Usia Dewa Brahma sekarang 51 tahun atau baru setengah umur lebih sedikit.
Selain peleburan universal, juga dikenal peleburan sebagian (kalpa pralaya). Penjelasannya begini. Semasa hidup Dewa Brahma akan terjadi penciptaan dan peleburan silih-berganti. Saat siang Dewa Brahma, terjadi penciptaan sebagian dan alam semesta di Galaksi Bima Sakti ini terwujud. Saat malam Dewa Brahma terjadi peleburan sebagian. Begitu berulang-ulang. Berapa tahunkah usia satu hari Dewa Brahma? Bukankah kita sudah menghitung di atas. Yakni satu siang Dewa Brahma 4,32 milyar tahun. Malam harinya juga sepanjang waktu tersebut. Dengan demikian penciptaan dan peleburan sebagian terjadi setiap 4,32 milyar tahun. Artinya peleburan sebagian lebih cepat daripada peleburan universal.
Terus kapan kita mengalami peleburan sebagian (kalpa pralaya)? Yang jelas tidak di tahun 2012 ini. Sebab, ibarat kita di Bumi, waktu yang dilewati Dewa Brahama masih pagi, baru sekitar jam 10. Untuk mencapai siang, sore, dan petang masih relatif lama untuk ukuran manusia di Bumi. Siang hari yang dilewati Dewa Brahma mungkin baru 35 persen, sehingga masih tersisa sekitar 65 persen-nya. Sehingga kiamat sebagian masih akan terjadi sekitar 3,4 milyar tahun lagi.
Dari mana perhitungan-perhitungan itu didapat, mungkin ada pembaca yang bertanya demikian. Ketahuilah, zaman menurut perhitungan kosmologi Hindu dikenal dengan istilah yuga. Yuga itu dibagi menjadi empat. Masing-masing adalah Satyayuga yang berlangsung 1.728.000 tahun, Tetrayuga berlangsung 1.296.000 tahun, Dwaparayuga memiliki rentang waktu 864.000 tahun, dan Kaliyuga 432.000 tahun. Jika keempat yuga berlalu maka waktu yang dihabiskan mencapai 4,32 juta tahun. Berarti satu kali putaran empat yuga setera dengan satu per seribu usia satu siang Dewa Brahma. Dengan kata lain 1000 kali putaran empat yuga baru akan menghasilkan satu siang Dewa Brahma (4,32 milyar tahun). Begitulah hitung-hitungannya.
Atas karunia Tuhan, selain diberi kemampuan menciptakan Galaksi Bima Sakti, Dewa Brahma juga diberi mandat untuk mengajarkan Kitab Suci Weda kepada dewa yang lebih rendah, yaitu Dewa Matahari (Surya). Karena itu Dewa Brahma juga dikenal sebagai Weda Garbha, sumber pengetahuan Weda. Dari Dewa Surya (dikenal juga dengan nama Dewa Wiwaswan), pengetahuan Weda diajarkan kepada Manu (leluhur manusia), selanjutnya dari Manu kepada Ikswaku, raja pertama di Bumi. Barulah dari Ikswaku Weda diajarkan kepada umat manusia.
Jadi di Hindu memiliki perhitungan waktu yang sangat komplit, tidak hanya tahun menurut di Bumi, tapi juga memperhitungkan waktu dewa. Sebenarnya masih banyak yang perlu dikupas berkenaan dengan proses penciptaan dan peleburan jagat raya. Namun karena ruang yang tersedia terbatas, maka baru sebagian kecil yang bisa diulas. Mudah-mudahan di kesempatan lain, penulis bisa memaparkan lebih jauh lagi. Satu yang patut kita catat bersama, tahun 2012 ini tidak akan ada pralaya (peleburan) alam. Meskipun demikian, kita perlu menguatkan sradha setiap saat dengan rajin sembahyang sambil mohon perlindungan dari-Nya. Mari kita sambut tahun 2012 dengan optimistis. Jangan percaya akan ramalan-ramalan yang tak memiliki landasan dan dasar sastra yang jelas. Dari uraian ini, jelas sekali kalau Hindu merupakan agama yang lengkap dan jauh melampaui yang lainnya. Karena itu tekunlah mempelajari teologi Hindu agar tumbuh kebanggaan dalam diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar