Mengurai
Konflik lampung Selatan
penulis : Wayan Sudiartana*
* peneliti di Hindusat Institute
Secara geografis lampung merupakan jantung nya pulau
Sumatra, selain sebagai gerbang penghubung antara pulau jawa dan pulau Sumatra,
secara demografi lampung merupakan representative miniature Indonesia yang pluralis
yang di diami berbagai macam suku bangsa yang harmonis.
Tetapi Setahun terakhir ini, Lampung mencuat di headline
media nasional bukan karena prestasi nya tapi ledakan konflik horizontal yang
memprihatinkan, pada tanggal 28-30 oktober 2012 yang bertepatan dengan hari
sumpah pemuda tiba-tiba bentrok pecah di Balinuraga,lampung selatan,spontan lampung
menjadi sorotan nasional sebelumnya Lampung sudah jadi perhatian terkait
Tragedi Mesuji.
dilihat dari pemicu nya yang banyak versi salah satu
nya adalah tindakan pemuda desa balinuraga yang mengganggu pemudi desa agom
yang mengendarai motor dan di duga mengalami pelecehan seksual tapi jika kita
melihat di websit resmi polri pemicu nya
adalah kesalah-pahaman. berdasarkan pemicu konflik diatas hanya lah masalah
sepele, tapi konflik menjadi besar dan seolah-olah pembiaran oleh pihak-pihak otoritas
negeri ini..apa sebenar nya yang salah dari negeri ini??
polisi bahkan tidak mampu meredam amuk warga di awal
– awal terjadi nya bentrok antar warga padahal jarak antara dua desa yang
bersitegang relative dekat dengan polsek setempat bahkan polres lampung
selatan.
Secara
historis, Konflik antar suku dilampung memang bukan merupakan sebuah hal baru,
konflik tersebut sudah pernah terjadi sebelumnya dan pemicunya hanyalah berawal
dari masalah sepele. Bahkan di tempat yang tidak jauh dengan bentrok saat ini
terjadi yaitu di Sidowaluyo kecamatan Sidomulyo juga pernah terjadi pada bulan
januari 2012 kemarin, pemicunya adalah perebutan lahan parkir. Berikut ini
beberapa perang antar suku yang pernah terjadi di Lampung :
- 29 Desember 2010 : Perang suku Jawa / Bali vs Lampung di Lampung tengah berawal dari pencurian ayam.
- September 2011 : Jawa vs Lampung
- Januari 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Lampung
- Oktober 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan.Bali vs Lampung
- November 2012 : Bekri,Lampung Tengah Jawa vs Lampung berawal dari Pencurian Sapi
Konflik
diatas adalah beberapa konflik yang terhitung besar, selain konflik besar yang
pernah terjadi diatas di lampung juga sering terjadi konflik – konflik kecil
antar suku namun biasanya hal tersebut masih bisa diredam sehingga tidak
membesar.
Dari
konflik – konflik kecil tersebut timbullah dendam diantara para suku – suku
tersebut sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi
sebuah konflik besar.
Sentiment Primordialisme
Pengelompokan
suku di daerah lampung memang sudah terjadi sejak lama, bahkan hal tersebut
sudah terjadi sejak mereka remaja. Di beberapa sekolah didaerah lampung anak –
anak suku bali tidak mau bermain / bersosialisasi dengan anak – anak suku
lainnya begitu juga dengan anak – anak dari suku jawa maupun lampung. Mereka
biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika diantara kelompok
tersebut terjadi perselisihan tentunya akan melibatkan suku mereka. khusus di
lampung selatan memang suasana di daerah ini sudah tidak sehat sejak lama. mulai
dari masa sekolah dimana sekolah SMP dan SMA NEGERI Lampung Selatan unggulan dan
Favorit di Focuskan di ibukota kabupaten yaitu, kota kalianda.jadi semua anak-anak
di seluruh wilayah lampung selatan yang niat melanjutkan sekolah mesti in the
kost di kota kalianda atau PP kalau kendaraan menunjang. di masa-masa SMA ini
lah yang menentukan/membentuk karakter dasar generasi penerus bangsa ini ke
depan. pasal nya, di masa sekolah anak-anak ini kerap kali terlibat konflik
antar kelompok (sentimen primordialisme) dan hampir setiap ada konflik yang
melibatkan antar anak sekolah di picu salah satu nya pemalakkan yang dilakukan beberapa
anak suku lampung kepada anak suku Bali/jawa. tentunya anak-anak yang jadi
korban pemalakkan karna mereka merasa tidak salah mereka melawan, disini
walaupun pepatah mengatakan “dimana
langit di junjung disitu bumi di pijak” Bukan berarti pasrah dengan
perilaku semena-mena seperti itu,kan??
Al
hasil,sering terjadi konflik kecil di sekolah-sekolah kalianda walaupun akhir
nya bisa di redam/cegah oleh polisi..ironis nya, pihak sekolah tidak mengambil
tindakan preventif dari konflik-konflik itu. pihak sekolah kurang peka atau seolah-olah
tidak tahu menahu dengan ada nya konflik anak didik nya. padahal, tindakan
preventif bisa dilakukan untuk menumbuhkan persaudaraan mereka dalam ruang
interaksi yang intens. semisal,mengintensifkan interaksi mereka dalam kegiatan pramuka,UKS,OSIS,Dreamband,dan
ekstrakurikuler lain nya yang mereka minati. dari konflik sejak masa-masa SMA dari
generasi ke generasi hingga sudah mulai bertumbuh dan terus bertumbuh tanpa ada
ruang interaksi yang menyatukan mereka hingga mereka pada dewasa saat ini semakin
membesar dalam bingkai primordialisme, maka tidak heran ini menjadi fase
kristis dan siap meledak kapan pun dan dimana pun.
Terkait
dengan bentrokan di Lampung Selatan, Minggu (28/10/2012), Divisi Humas Mabes Polri,
Senin (29/10/2012) merilis kronologis resmi versi Polisi terkait bentrokan
tersebut melalui laman online humas mabes polri di www.polri.go.id.
Berikut
kronologis lengkap bentrok yang merenggut 3 nyawa tersebut :
Pada
hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB di desa Sidorejo kecamatan
Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi bentrokan antara warga suku
Lampung dan warga suku Bali.
Kronologis
kejadian : Pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah
terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok)
Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak
oleh sepeda motor yang dikendarai An. Nurdiana Dewi, 17 tahun, (warga Desa Agom
Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan berboncengan dengan Eni, 16 Th, (warga desa
Negri Pandan Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan).
Dalam
peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana
Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku
Bali telah memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB
warga suku Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan
penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani.
Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan
kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.
Pada
hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 01.00 WIB, masa dari warga suku
Lampung berjumlah + 200 orang melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah
milik Sdr Wayan Diase. Pada pukul 09.30 WIB terjadi bentrok masa suku Lampung
dan masa suku Bali di Desa Sidorejo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan.
Akibat
kejadian tersebut 3 (tiga) orang meninggal dunia masing-masing bernama: Yahya
Bin Abdul Lalung, 40 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka robek pada bagian
kepala terkena senjata tajam, Marhadan Bin Syamsi Nur, 30 tahun, Tani, (warga
Lampung) dengan luka sobek pada leher dan paha kiri kanan dan Alwi Bin Solihin, 35
tahun, Tani, (warga Lampung), sedangkan 5 (lima) orang warga yang mengalami
luka-luka terkena senjata tajam dan senapan angin masing-masing : An.
Ramli Bin Yahya, 51 tahun, Tani, (warga Lampung) luka bacok pada
punggung, tusuk perut bagian bawah pusar, Syamsudin, 22 tahun, Tani, (warga Lampung)
Luka Tembak Senapan Angin pada bagian Kaki. Ipul, 33 tahun, Swasta, (warga
Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada bagian paha sebelah kanan dan Mukmin
Sidik, 25 tahun, Swasta, (warga Lampung) luka Tembak Senapan Angin di bagian
betis sebelah kiri.
kejadian
bentrok hari pertama yang menelan 3 korban dari suku lampung spontan menjadi pompa
amarah suku lampung dan pihak aparat tidak mampu membendung amarah warga karna
kalah jumlah,suku lampung tidak terima saudara mereka meninggal dan mereka pun berhimpun
melakukan pembalasan, hingga tanggal 29-30 0ktober 2012, terjadi lah
penyerangan desa agom ke desa
balinuraga. dalam penyerangan ke desa yang sudah di tinggalkan penghuni nya itu
untuk mengungsi suku lampung membakar puluhan rumah dan belasan korban jiwa
mati dengan mengenaskan bahkan dari pengakuan beberapa warga desa balinuraga
mengalami pemalakan (dimintain uang) dan penjarahan harta benda mereka.
Peran
Media untuk perdamaian
peran media sangat berpengaruh dalam perkembangan
awal dan pasca bentrok, di hari pertama bentrok pecah, hampir semua media baik
cetak maupun online,local maupun nasional memberitakan pemicu bentrok adalah karna
adanya pelecehan seksual dan me-label-i bentrok dengan label suku bali vs suku
lampung ini yang kemudian menjadi penggugah primordialisme bagi setiap orang untuk solidaritas tanpa mengetahui duduk permasalahan nya secara pasti tetapi
setelah beberapa hari kemudian media mulai mendapatkan access sumber yang berimbang
antara kedua pihak yang bentrok. dengan amuk massa yang begitu beringas dan
kondisi yang mencekam awak media agak sulit untuk mencari perimbangan informasi
dan yang terpenting saat itu apa yang dilihat
itu lah yang di liput. media memegang peranan sangat besar dalam proses
perdamaian antar kedua pihak yang bentrok jadi berita yang disampaikan harus benar-benar objektif dan tanpa intimidasi dari
pihak mana pun sehingga tidak terjadi kesimpang siuran di tengah-tengah
masyarakat.
Proses
Perdamaian.
Terkait bentrok lampung selatan yang memprihatinkan,di
tengah-tengah wacana untuk berdamai beberapa
intelektual-intelektual di lampung
angkat bicara terkait akar permasalahan dan solusi bentrok, dari sekian paparan
teoritis mereka,pendekatan analisa mereka adalah kompleksitas social. namun ada
juga yang sampai menyoal program transmigrasi yang secara procedural mereka
anggap tidak memperhatikan pribumi dan proses distribusi tanah yang belum terlegitimasi dengan hak-hak adat pribumi dan
penempatan transmigrasi cendrung transmigran inclave (pengkhususan suku dalam
suatu block) hingga kesimpulan mereka wacana relokasi bisa menjadi pertimbangan
untuk solusi bentrok lampung selatan.
Wakil ketua komisi III DPR RI Aziz Syamsuddin’’
menilai bentrok antar warga di kalianda,lampung selatan besar kemungkinan
mengandung muatan terselubung,termasuk agenda politik tertentu.
Peneliti
politik LIPI Firman Noor ‘’dalam tulisan nya di kompas tanggal 4 november 2012 ,
cuplikan tulisan Firman Noor ‘’Sejak
kehadirannya, etnis Bali—berbeda dengan orang Jawa—dipandang membawa persoalan
tersendiri bagi sebagian masyarakat Lampung. Gugus persoalan ini mencakup
”legitimasi kehadiran” masyarakat Bali yang dipandang masih bermasalah karena
menempati wilayah yang belum sepenuhnya diizinkan ataupun karena perbedaan adat
kebiasaan dan agama. Kenyataan pula bahwa kedua etnis relatif hidup terpisah
dalam nuansa yang eksklusif (enclave). Tidak mengherankan jika kedua
etnis itu kerap masih merasa asing satu dan lainnya. Hal ini terjadi terutama
di Lampung Selatan dan Lampung Utara.
tidak ada yang salah dari program penempatan transmigrasi
pemerintah era orde baru karena pemerintah
pada masa itu pasti punya ketentuan yang
baku untuk implementasinya..bukan kah dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 menyebutkan ‘’bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar nya untuk kemakmuran rakyat.
gugus apa yang
bermasalah hingga legitimasi kehadiran masyarakat bali di lampung di pandang
bermasalah,hingga belum diizinkan sepenuhnya??bukan kah penguasaan/pengelolaan atas
tanah baik untuk badan,perusahaan,perseorangan diatur oleh negara?? bukankah pelaksana program transmigrasi adalah
pemerintah yang berwenang untuk mengatur penguasaan atas tanah untuk rakya. setiap manusia Indonesia punyak hak untuk hidup di manapun di bawah
kolong langit Indonesia ini. Dan hak itu dilindungi oleh konstitusi (UUD
1945).
Bung Hatta pernah bilang, “seorang manusia Indonesia tulen haruslah tidak merasa takut kemanapun kakinya melangkah di bumi Indonesia. Sebaliknya, seorang Indonesia tulen tak perlu curiga atau menutup diri terhadap kehadiran manusia-manusia Indonesia lain yang mungkin berbeda suku, agama, keyakinan politik, dan lain-lain. Pendek kata, manusia Indonesia asli tak lagi mengenal label “pribumi” dan “pendatang”.
Bung Hatta pernah bilang, “seorang manusia Indonesia tulen haruslah tidak merasa takut kemanapun kakinya melangkah di bumi Indonesia. Sebaliknya, seorang Indonesia tulen tak perlu curiga atau menutup diri terhadap kehadiran manusia-manusia Indonesia lain yang mungkin berbeda suku, agama, keyakinan politik, dan lain-lain. Pendek kata, manusia Indonesia asli tak lagi mengenal label “pribumi” dan “pendatang”.
Kewibawaan Pemerintah Daerah di uji
Dalam sepanjang tahun ini, Lampung
Selatan memang kerap dilanda kerusuhan komunal baik yang bercorak horisontal’
maupun yang bercorak politis yang ‘vertikal.’ Setidaknya terdapat tiga kasus
kerusuhan bercorak komunal dan dua kasus kerusuhan bercorak politik yang
terjadi di Lampung Selatan sepanjang tahun 2012.
Diawal tahun, tepatnya pada 24
Januari, terjadi konflik komunal yang melibatkan warga Desa Kotadalam yang
mayoritas adalah etnis Lampung dengan warga Desa Napal yang etnis Bali. Konflik
ini diselesaikan dengan perjanjian perdamaian antra kedua etnis. Beberapa hari
kemudian, pada 31 januari, terjadi kerusuhan di Gedung DPRD II Lampung
Selatan, akibat serbuan dari massa pendukung salah satu calon Bupati.
Tiga bulan
kemudian, pada 2 April, warga Dusun Sidodadi dan Dusun Induk Negara Saka,
saling bacok karena kesalahpahaman tentang pejabat sementara kepala desa. Empat
minggu kemudian, pada 30 April, ribuan orang pengunjuk rasa membakar
patung Zainal Abidin Pagaralam di jalan lintas Sumatera. Masa damai pun hanya
berlangsung beberapa bulan saja, karena tak lama setelah hari raya Idul Adha,
bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, kerusuhan kembali pecah di Desa
Balinuraga, Desa Patok dan Sidoreno. Kali ini, kerusuhan menelan belasan korban
jiwa dan menjadi isu kemanusiaan tingkat nasional yang berkelindan dengan
eskalasi politik nasional.
dari fakta
diatas pemerintah daerah di uji dalam keberpihakan nya dan keseriusan nya
mensejahterakan masyarakat dan kemungkinan karena di nilai
tidak mampu menjawab permasalahan dan keluhan masyarakat baik terkait
kesenjangan social,menciptakan lapangan pekerjaan yang luas,jaminan pendidikan
dan kesehatan yang murah dan berkualitas maupun di sector pertanian yang
merupakan mata pencaharian mayoritas rakyat lamsel yang produktivitas nya terus
menurun akibat pemanasan global sehingga daya beli masyarakat rendah sedangkan
kebutuhan hidup terus meningkat dan biaya nya pun melambung tinggi. dalam
kondisi yang lemah ekonomi masyarakat seperti itu berimbas mudah terprovokasi oleh infiltrasi menyesatkan. padahal hubungan warga dari kedua
belah pihak yang terlibat bentrok sudah ada interaksi social cukup baik yaitu
ketika warga desa balinuraga ada acara keagamaan warga desa agom mencarikan
janur untuk warga desa balinuraga tentunya dengan kesepakatan upah sebelum nya.
nah, ini arti nya sesungguhnya hubungan interaksi social kedua belah pihak yang
bentrok ini baik baik saja sebelumnya.
maka dari itu jalankan tugas dan fungsi sesuai
aturan..hendaklah pemerintah (pemimpin ) mesejahterakan rakyat nya maka rakyat
makmur pemerintah pun tenang, hendaklah aparat keamanan mengayomi dan
melindungi warga nya maka rakyat aman aparat pun adem, hendaklah hakim
mengadili yang salah dan melindungi yang benar maka keadilan akan terwujud di
negeri ini.
# damai lampungku,damai indonesiaku..#
daftar pustaka :
internet.
- http://nasional.kompas.com/read/2012/11/04/08580419/Kompleksitas.Konflik.Lampung
- kompasiana-perang-suku-di-lampung-sebuah-dendam-lama-bahan%20nulis.html
- http://sindonews.com/read/2012/11/05/14/6854464/konflik-lampung-ada-agenda-terselebung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar