Jumat, 21 Desember 2012

Mengurai Konflik lampung Selatan


Mengurai  Konflik lampung Selatan

penulis : Wayan Sudiartana*
* peneliti di Hindusat Institute 


Secara geografis lampung merupakan jantung nya pulau Sumatra, selain sebagai gerbang penghubung antara pulau jawa dan pulau Sumatra, secara demografi lampung merupakan representative miniature Indonesia yang pluralis yang di diami berbagai macam suku bangsa yang harmonis.

Tetapi Setahun terakhir ini, Lampung mencuat di headline media nasional bukan karena prestasi nya tapi ledakan konflik horizontal yang memprihatinkan, pada tanggal 28-30 oktober 2012 yang bertepatan dengan hari sumpah pemuda tiba-tiba bentrok pecah di Balinuraga,lampung selatan,spontan lampung menjadi sorotan nasional sebelumnya Lampung sudah jadi perhatian terkait Tragedi Mesuji.
dilihat dari pemicu nya yang banyak versi salah satu nya adalah tindakan pemuda desa balinuraga yang mengganggu pemudi desa agom yang mengendarai motor dan di duga mengalami pelecehan seksual tapi jika kita melihat di websit resmi  polri pemicu nya adalah kesalah-pahaman. berdasarkan pemicu konflik diatas hanya lah masalah sepele, tapi konflik menjadi besar dan seolah-olah pembiaran oleh pihak-pihak otoritas negeri ini..apa sebenar nya yang salah dari negeri ini??
polisi bahkan tidak mampu meredam amuk warga di awal – awal terjadi nya bentrok antar warga padahal jarak antara dua desa yang bersitegang relative dekat dengan polsek setempat bahkan polres lampung selatan.
Secara historis, Konflik antar suku dilampung memang bukan merupakan sebuah hal baru, konflik tersebut sudah pernah terjadi sebelumnya dan pemicunya hanyalah berawal dari masalah sepele. Bahkan di tempat yang tidak jauh dengan bentrok saat ini terjadi yaitu di Sidowaluyo kecamatan Sidomulyo juga pernah terjadi pada bulan januari 2012 kemarin, pemicunya adalah perebutan lahan parkir. Berikut ini beberapa perang antar suku yang pernah terjadi di Lampung :
  • 29 Desember 2010 : Perang suku Jawa / Bali vs Lampung di Lampung tengah berawal dari pencurian ayam.
  • September 2011 : Jawa vs Lampung
  • Januari 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Lampung
  • Oktober 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan.Bali vs Lampung
  • November 2012 : Bekri,Lampung Tengah Jawa vs Lampung berawal dari Pencurian Sapi
Konflik diatas adalah beberapa konflik yang terhitung besar, selain konflik besar yang pernah terjadi diatas di lampung juga sering terjadi konflik – konflik kecil antar suku namun biasanya hal tersebut masih bisa diredam sehingga tidak membesar.
Dari konflik – konflik kecil tersebut timbullah dendam diantara para suku – suku tersebut sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik besar. 

Sentiment Primordialisme

Pengelompokan suku di daerah lampung memang sudah terjadi sejak lama, bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja. Di beberapa sekolah didaerah lampung anak – anak suku bali tidak mau bermain / bersosialisasi dengan anak – anak suku lainnya begitu juga dengan anak – anak dari suku jawa maupun lampung. Mereka biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika diantara kelompok tersebut terjadi perselisihan tentunya akan melibatkan suku mereka. khusus di lampung selatan memang suasana di daerah ini sudah tidak sehat sejak lama. mulai dari masa sekolah dimana sekolah SMP dan SMA NEGERI Lampung Selatan unggulan dan Favorit di Focuskan di ibukota kabupaten yaitu, kota kalianda.jadi semua anak-anak di seluruh wilayah lampung selatan yang niat melanjutkan sekolah mesti in the kost di kota kalianda atau PP kalau kendaraan menunjang. di masa-masa SMA ini lah yang menentukan/membentuk karakter dasar generasi penerus bangsa ini ke depan. pasal nya, di masa sekolah anak-anak ini kerap kali terlibat konflik antar kelompok (sentimen primordialisme) dan hampir setiap ada konflik yang melibatkan antar anak sekolah di picu salah satu nya pemalakkan yang dilakukan beberapa anak suku lampung kepada anak suku Bali/jawa. tentunya anak-anak yang jadi korban pemalakkan karna mereka merasa tidak salah mereka melawan, disini walaupun pepatah mengatakan “dimana langit di junjung disitu bumi di pijak” Bukan berarti pasrah dengan perilaku semena-mena seperti itu,kan??
Al hasil,sering terjadi konflik kecil di sekolah-sekolah kalianda walaupun akhir nya bisa di redam/cegah oleh polisi..ironis nya, pihak sekolah tidak mengambil tindakan preventif dari konflik-konflik itu. pihak sekolah kurang peka atau seolah-olah tidak tahu menahu dengan ada nya konflik anak didik nya. padahal, tindakan preventif bisa dilakukan untuk menumbuhkan persaudaraan mereka dalam ruang interaksi yang intens. semisal,mengintensifkan interaksi mereka dalam kegiatan pramuka,UKS,OSIS,Dreamband,dan ekstrakurikuler lain nya yang mereka minati. dari konflik sejak masa-masa SMA dari generasi ke generasi hingga sudah mulai bertumbuh dan terus bertumbuh tanpa ada ruang interaksi yang menyatukan mereka hingga mereka pada dewasa saat ini semakin membesar dalam bingkai primordialisme, maka tidak heran ini menjadi fase kristis dan siap meledak kapan pun dan dimana pun.
Terkait dengan bentrokan di Lampung Selatan, Minggu (28/10/2012), Divisi Humas Mabes Polri, Senin (29/10/2012) merilis kronologis resmi versi Polisi terkait bentrokan tersebut melalui laman online humas mabes polri di www.polri.go.id.
Berikut kronologis lengkap bentrok yang merenggut 3 nyawa tersebut :
Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB di desa Sidorejo kecamatan Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi bentrokan antara warga suku Lampung dan warga suku Bali.
Kronologis kejadian : Pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok) Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak oleh sepeda motor yang dikendarai An. Nurdiana Dewi, 17 tahun, (warga Desa Agom Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan berboncengan dengan Eni, 16 Th, (warga desa Negri Pandan Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan).
Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan  kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.
Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 01.00 WIB, masa dari warga suku Lampung berjumlah + 200 orang melakukan  pengrusakan dan pembakaran rumah milik Sdr Wayan Diase. Pada pukul 09.30 WIB terjadi bentrok masa suku Lampung dan masa suku Bali di Desa Sidorejo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
Akibat kejadian tersebut 3 (tiga) orang meninggal dunia masing-masing bernama: Yahya Bin Abdul Lalung, 40 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka robek pada bagian kepala terkena senjata tajam, Marhadan Bin Syamsi Nur, 30 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka sobek pada leher dan paha kiri kanan dan Alwi Bin Solihin, 35 tahun, Tani, (warga Lampung), sedangkan 5 (lima) orang warga yang mengalami luka-luka terkena senjata tajam dan senapan angin masing-masing :  An. Ramli Bin Yahya,  51 tahun, Tani, (warga Lampung) luka bacok pada punggung, tusuk perut bagian bawah pusar, Syamsudin, 22 tahun, Tani, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada bagian Kaki. Ipul, 33 tahun, Swasta, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada bagian paha sebelah kanan dan Mukmin Sidik, 25 tahun, Swasta, (warga Lampung) luka Tembak Senapan Angin di bagian betis sebelah kiri.
 kejadian bentrok hari pertama yang menelan 3 korban dari suku lampung spontan menjadi pompa amarah suku lampung dan pihak aparat tidak mampu membendung amarah warga karna kalah jumlah,suku lampung tidak terima saudara mereka meninggal dan mereka pun berhimpun melakukan pembalasan, hingga tanggal 29-30 0ktober 2012, terjadi lah penyerangan desa agom  ke desa balinuraga. dalam penyerangan ke desa yang sudah di tinggalkan penghuni nya itu untuk mengungsi suku lampung membakar puluhan rumah dan belasan korban jiwa mati dengan mengenaskan bahkan dari pengakuan beberapa warga desa balinuraga mengalami pemalakan (dimintain uang) dan penjarahan harta benda mereka.

Peran Media untuk perdamaian

peran media sangat berpengaruh dalam perkembangan awal dan pasca bentrok, di hari pertama bentrok pecah, hampir semua media baik cetak maupun online,local maupun nasional  memberitakan pemicu bentrok adalah karna adanya pelecehan seksual dan me-label-i bentrok dengan label suku bali vs suku lampung ini yang kemudian menjadi penggugah primordialisme bagi setiap orang  untuk solidaritas tanpa mengetahui  duduk permasalahan nya secara pasti tetapi setelah beberapa hari kemudian media mulai mendapatkan access sumber yang berimbang antara kedua pihak yang bentrok. dengan amuk massa yang begitu beringas dan kondisi yang mencekam awak media agak sulit untuk mencari perimbangan informasi dan yang terpenting saat itu apa yang  dilihat itu lah yang di liput. media memegang peranan sangat besar dalam proses perdamaian antar kedua pihak yang bentrok jadi berita yang disampaikan harus  benar-benar objektif dan tanpa intimidasi dari pihak mana pun sehingga tidak terjadi kesimpang siuran di tengah-tengah masyarakat.

Proses Perdamaian.

Terkait bentrok lampung selatan yang memprihatinkan,di tengah-tengah wacana untuk berdamai  beberapa intelektual-intelektual  di lampung angkat bicara terkait akar permasalahan dan solusi bentrok, dari sekian paparan teoritis mereka,pendekatan analisa mereka adalah kompleksitas social. namun ada juga yang sampai menyoal program transmigrasi yang secara procedural mereka anggap tidak memperhatikan pribumi dan proses distribusi tanah yang belum  terlegitimasi dengan hak-hak adat pribumi dan penempatan transmigrasi cendrung  transmigran inclave (pengkhususan suku dalam suatu block) hingga kesimpulan mereka wacana relokasi bisa menjadi pertimbangan untuk  solusi bentrok lampung selatan.
Wakil ketua komisi III DPR RI Aziz Syamsuddin’’ menilai bentrok antar warga di kalianda,lampung selatan besar kemungkinan mengandung muatan terselubung,termasuk agenda politik tertentu.
 Peneliti politik LIPI Firman Noor ‘’dalam tulisan nya di kompas tanggal 4 november 2012 , cuplikan tulisan Firman Noor  ‘’Sejak kehadirannya, etnis Bali—berbeda dengan orang Jawa—dipandang membawa persoalan tersendiri bagi sebagian masyarakat Lampung. Gugus persoalan ini mencakup ”legitimasi kehadiran” masyarakat Bali yang dipandang masih bermasalah karena menempati wilayah yang belum sepenuhnya diizinkan ataupun karena perbedaan adat kebiasaan dan agama. Kenyataan pula bahwa kedua etnis relatif hidup terpisah dalam nuansa yang eksklusif (enclave). Tidak mengherankan jika kedua etnis itu kerap masih merasa asing satu dan lainnya. Hal ini terjadi terutama di Lampung Selatan dan Lampung Utara.
tidak ada yang salah dari program penempatan transmigrasi pemerintah era orde baru karena  pemerintah pada masa itu pasti punya ketentuan  yang baku untuk implementasinya..bukan kah dalam UUD 1945 pasal  33 ayat 3 menyebutkan ‘’bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar nya untuk kemakmuran rakyat.
 gugus apa yang bermasalah hingga legitimasi kehadiran masyarakat bali di lampung di pandang bermasalah,hingga belum diizinkan sepenuhnya??bukan kah penguasaan/pengelolaan atas tanah baik untuk badan,perusahaan,perseorangan diatur oleh negara?? bukankah  pelaksana program transmigrasi adalah pemerintah yang berwenang untuk mengatur penguasaan atas tanah untuk rakya.  setiap manusia Indonesia punyak hak untuk hidup di manapun di bawah kolong langit Indonesia ini. Dan hak itu dilindungi oleh konstitusi (UUD 1945).
Bung Hatta pernah bilang, “seorang manusia Indonesia tulen haruslah tidak merasa takut kemanapun kakinya melangkah di bumi Indonesia. Sebaliknya, seorang Indonesia tulen tak perlu curiga atau menutup diri terhadap kehadiran manusia-manusia Indonesia lain yang mungkin berbeda suku, agama, keyakinan politik, dan lain-lain. Pendek kata, manusia Indonesia asli tak lagi mengenal label “pribumi” dan “pendatang”.

 Kewibawaan Pemerintah Daerah di uji

Dalam sepanjang tahun ini, Lampung Selatan memang kerap dilanda kerusuhan komunal baik yang bercorak horisontal’ maupun yang bercorak politis yang ‘vertikal.’ Setidaknya terdapat tiga kasus kerusuhan bercorak komunal dan dua kasus kerusuhan bercorak politik yang terjadi di Lampung Selatan sepanjang tahun 2012.
Diawal tahun, tepatnya pada 24 Januari, terjadi konflik komunal yang melibatkan warga Desa Kotadalam yang mayoritas adalah etnis Lampung dengan warga Desa Napal yang etnis Bali. Konflik ini diselesaikan dengan perjanjian perdamaian antra kedua etnis. Beberapa hari kemudian, pada 31 januari, terjadi kerusuhan di Gedung DPRD II Lampung Selatan,  akibat serbuan dari massa pendukung salah satu calon Bupati.
Tiga bulan kemudian, pada 2 April, warga Dusun Sidodadi dan Dusun Induk Negara Saka, saling bacok karena kesalahpahaman tentang pejabat sementara kepala desa. Empat minggu kemudian, pada 30 April,  ribuan orang pengunjuk rasa membakar patung Zainal Abidin Pagaralam di jalan lintas Sumatera. Masa damai pun hanya berlangsung beberapa bulan saja, karena tak lama setelah hari raya Idul Adha, bertepatan dengan hari Sumpah  Pemuda, kerusuhan kembali pecah di Desa Balinuraga, Desa Patok dan Sidoreno. Kali ini, kerusuhan menelan belasan korban jiwa dan menjadi isu kemanusiaan tingkat nasional yang berkelindan dengan eskalasi politik nasional.
dari fakta diatas pemerintah daerah di uji dalam keberpihakan nya dan keseriusan nya mensejahterakan masyarakat dan kemungkinan karena di nilai tidak mampu menjawab permasalahan dan keluhan masyarakat baik terkait kesenjangan social,menciptakan lapangan pekerjaan yang luas,jaminan pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas maupun di sector pertanian yang merupakan mata pencaharian mayoritas rakyat lamsel yang produktivitas nya terus menurun akibat pemanasan global sehingga daya beli masyarakat rendah sedangkan kebutuhan hidup terus meningkat dan biaya nya pun melambung tinggi. dalam kondisi yang lemah ekonomi masyarakat seperti itu berimbas  mudah  terprovokasi oleh infiltrasi menyesatkan. padahal hubungan warga dari kedua belah pihak yang terlibat bentrok sudah ada interaksi social cukup baik yaitu ketika warga desa balinuraga ada acara keagamaan warga desa agom mencarikan janur untuk warga desa balinuraga tentunya dengan kesepakatan upah sebelum nya. nah, ini arti nya sesungguhnya hubungan interaksi social kedua belah pihak yang bentrok ini baik baik saja sebelumnya.
maka dari itu jalankan tugas dan fungsi sesuai aturan..hendaklah pemerintah (pemimpin ) mesejahterakan rakyat nya maka rakyat makmur pemerintah pun tenang, hendaklah aparat keamanan mengayomi dan melindungi warga nya maka rakyat aman aparat pun adem, hendaklah hakim mengadili yang salah dan melindungi yang benar maka keadilan akan terwujud di negeri ini.
# damai lampungku,damai indonesiaku..#

daftar pustaka :
internet.
- http://nasional.kompas.com/read/2012/11/04/08580419/Kompleksitas.Konflik.Lampung
- kompasiana-perang-suku-di-lampung-sebuah-dendam-lama-bahan%20nulis.html 
- http://sindonews.com/read/2012/11/05/14/6854464/konflik-lampung-ada-agenda-terselebung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar